Mari tunjukkan bahwa kita adalah ummat terbaik.

Sunday, 11 November 2012

Wanita Mulia Di Tengah Keluarga Teladan

13:32 Posted by Izzatul Islam FMIPA UI , , No comments


Oleh : Annisa Dwi Hafidah (Ketua Keputrian LDF MII 21, Geografi 2009)

Mbeek.. Mooo... riuh suara yang saat ini familiar untuk kita dengar. Tanah lapang di sepanjang jalan yang biasanya hanya ditumbuhi rumput liar, kini telah berubah menjadi susunan kandang – kandang yang ditempati oleh puluhan kambing, sapi, dan kerbau. Ya, sebentar lagi umat muslim di seluruh dunia akan merayakan hari Idul Adha. Hari yang euforianya sudah terasa sejak awal memasuki bulan dzulhijah lalu, hari penuh suka cita bagi setiap manusia, karena pada hari ini mereka yang memiliki kemampuan lebih sedang menjalankan ibadah haji dan merasakan nikmatnya melihat ka’bah di tanah suci mekkah. Dan pada hari itu pula, seluruh umat muslim akan melakukan qurban yang dagingnya nanti akan dibagikan kepada mereka yang membutuhkan. Sungguh indah jika hal ini dapat terjadi tidak hanya di bulan ini saja...

Ketika gema idul adha datang, pasti terbesit di pikiran kita tentang sebuah kisah yang selalu disampaikan oleh khotib dalam setiap khutbah sholat Idul Adha. Kisah penuh inspirasi yang entah hanya berlalu saja ketika kisah ini disampaikan atau kita dapat memaknainya sebagai salah satu pedoman dalam menjalani kehidupan. Kisah itu adalah kisah keluarga Nabi Ibrahim AS.

Keluarga Ibrahim AS. tak bisa lepas dari sosok wanita mulia yang patut untuk kita teladani keimanan dan kesabarannya. Beliau adalah ibunda Siti Hajar, yang dari rahimnya terlahir anak terbaik yang menjadi contoh teladan berbaktinya seorang anak kepada orang tua, nabi Ismail AS.


Kemuliaan ibunda Hajar dapat tergambar dari kisahnya ketika suatu hari Ibrahim AS. membawanya bersama Ismail yang masih kecil menuju lembah gersang, tandus, dan kering. Di tempat itu Ibrahim AS. menurunkannya dan Ismail dengan perbekalan yang kurang memadai. Kemudian Ibrahim meninggalkan mereka berdua tanpa berkata - kata. Siti Hajar pun bertanya tentang hal tersebut, “Ibrahim hendak pergi ke manakah engkau? Apakah engkau akan meninggalkan kami di lembah yang tidak ada sesuatu apapun ini?” Ibrahim AS. tidak menjawab pertanyaan istrinya. Beliau terus saja berjalan, Siti hajar kembali mengulangi pertanyaannya, tetapi Ibrahim as tetap membisu. Akhirnya Siti hajar paham bahwa suaminya pergi bukan karena kemauannya sendiri. Maka kemudian dia bertanya, “Apakah Allah yang memerintahkanmu untuk pergi meninggalkan kami?” Ibrahim menjawab, “benar“.  Kemudian ia berkata, ”kami tidak akan tersia-siakan selagi Allah bersama kami. Dia-lah yang telah memerintahkan engkau pergi.”

Saat itulah ujian kesabaran untuk Siti Hajar dimulai. Ia harus berjuang seorang diri merawat anaknya yang masih kecil di tempat yang sangat asing baginya. Ketika perbekalannya habis, ia berusaha sekuat tenaga untuk mencari makanan dan minuman dengan berlari – lari antara bukit Shafa dan bukit Marwa agar anaknya, Ismail, tidak menangis karena lapar dan haus yang dirasakannya. Dan benar saja bahwa Allah tidak menyia – nyiakan perjuangan yang telah dilakukan ibunda Hajar. Sebuah mata air akhirnya muncul tak jauh dari tempat Ismail berdiam yang sampai saat ini mata air itu tidak pernah berhenti memancarkan airnya.

Kisah lain yang juga menggambarkan betapa mulianya seorang Siti Hajar adalah ketika perintah untuk berqurban datang kepada Ibrahim AS. bahwa ia harus menyembelih anak satu – satunya yang telah diidamkan selama bertahun – tahun.

“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!” ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar”.  (QS. Ash Shaaffat: 102 )

Kita pasti dapat merasakan betapa pedihnya hati seorang ibu yang harus menghadapi hal demikian. Tetapi, karena keimanan dan kesabarannya yang sudah tertanam kuat dalam dirinya, maka ia dapat menerima perintah Allah tersebut dengan ikhlas. Dan Allah pun akhirnya mengganti Ismail dengan sebuah kibas.

Itulah contoh teladan dari sosok ibunda Siti Hajar. Sikap baik sangka kepada Allah, kesabaran, dan rela berkorban merupakan kunci dari kemuliaannya. Sikapnya tersebut tak lepas dari peran seluruh keluarga yang dapat membentuknya dengan proses pembinaan yang panjang dan dilandaskan oleh keimanan kepada Allah SWT. Dan keluarga Ibrahim AS. pun menjadi contoh keluarga teladan yang bahkan telah terukir dalam firman – Nya.

“Sesungguhnya telah ada contoh teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia.” (QS. Al Mumtahanah: 4)

0 komentar:

Post a Comment