Mari tunjukkan bahwa kita adalah ummat terbaik.

Saturday 24 November 2012

BERPIKIR DENGAN BERBAGAI SISI

19:41 Posted by Izzatul Islam FMIPA UI , , No comments

Metik mangga yang udah ranum
Dapat banyak, taro di keranjangnya
Eh semuanya, “assalaamu’alaikum’
Ini hari pada gimana kabarnya?

Semoga kita semua dalam keadaan sehat yaaa… aamiin.

Saya mendapatkan pelajaran berharga nih dari teman tentang konsep berpikir dari berbagai sisi. Ini adalah salah satu contoh nikmat Allah yang diberikan kepada kita berupa keberadaan orang – orang di sekitar kita. Melalui perantara mereka kita diingatkan akan kebaikan.

Kurang lebih yang disampaikannya seperti ini:
Bulan itu kecil atau besar?
Jawabannya besar, ya memang karena ukurannya yang besar jika dibandingkan dengan ukuran tubuh kita.
Tapi bisa juga jawabannya kecil karena bulan itu adalah ciptaan Sang Pencipta yaitu Allah Yang Maha Kuasa.


Isinya sederhana, namun jika direnungkan dan diterapkan pada kondisi yang lain maka kita akan menemukan jawabannya yang luar biasa.

Perlu diingat konsep jawaban yang pertama dan kedua itu berbeda konteks. Jika jawaban bahwa bulan itu besar, kita melihatnya dari sisi ukuran yang dapat dilihat dari mata secara langsung dan dibandingkannya dengan ukuran tubuh kita yang jelas-jelas kecil. Pastilah bulan itu besar.
Pada jawaban kedua, kita melihatnya berdasarkan konteks antara Pencipta dengan ciptaan-Nya. Sehebat-hebatnya ciptaan, pasti masih tak berhingga kali lebih hebat penciptanya yaitu Allah. Right? 

Coba kita terapkan pada kondisi lain

Ada seorang pemilik mobil dengan jenis mobil yang bisa dikatakan biasa. Tapi apa pendapat pemilik mobil itu? Menurutnya ,” Alhamdulillah, masih punya mobil trus masih bisa jalan mobilnya. Di luar sana masih banyak orang yang belum dikehendaki punya mobil sehingga masih naik motor.”
Lalu pengendara motor juga punya nih pendapatnya sendiri ,”Alhamdulillah masih bisa beli motor, di luar sana masih bayak yang belum diijinkan punya motor dan masih naik sepeda.”
Sedangkan menurut pengayuh sepeda,” Alhamdulillah masih punya sepeda, masih bisa goes sepeda juga, di luar sana masih ada orang yang belum dikehendaki punya kendaaraan meskipun hanya sepeda sehingga mereka harus jalan kaki.”
Menurut pejalan kaki, “Alhamdulillah masih diberi kemampuan untuk berjalan. Di tempat lain ada saudara kita yang sudah tidak mampu untuk berjalan. Bukankah ini suatu nikmat yang Allah berikan kepada kita?”

Makna menbandingkan keadaaan seseorang dengan orang lain dalam cerita ini bukan bermaksud untuk merendahkan orang lain. Tapi, untuk menyadarkan kita bahwa meskipun keadaan kita kurang baik dari orang lain, masih ada nikmat Allah yang melekat pada diri kita yang harus disyukuri. Nah, dari sini kita dapat belajar tentang bersyukur kepada Allah. Kadang kita lupa bersyukur kepada Allah terhadap hal-hal yang sederhana. Kita terlalu terpaku pada nikmat-nikmat yang terlihat wah dan nikmat yang cenderung bersifat materi.

Contoh lain,

Misalnya makanan, makanan yang ibu kita masak terasa lezat saat disantap. Apa yang menyebabkan masakan ibu enak? Ada yang menjawab karena kemampuan memasak ibu yang bagus, ada juga yang menjawab karena pake garam, karena menggunakan resep koki terbaik, karena menggunakan bahan-bahan berkualitas. Tapi…. Semua itu bukanlah jawaban sebenarnya. Pada dasarnya sesuatu dapat terjadi karena kuasa Allah. Jika Allah tidak berkehendak masakan itu enak, yaa tidak enak. Jika Allah tidak menciptakan garam dan bahan-bahan berkualitas, yaa ibu tidak bisa menggunakannya. Hal ini mengingatkan kita bahwa semuanya adalah milik Allah dan akan kembali kepada Allah.

Hmmm….Bagaimana kalau kita mendapati suatu kegagalan?
Kita harus merasa kegagalan ini bukan akhir dari segalanya. Berusaha terus untuk menjadi lebih baik.  Keberhasilan tidak datang tanpa usaha. Tapi ingat, disetiap usaha yang kita lakukan, jangan lupakan Allah. Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum kalau kaum tersebut tidak mau merubahnya kan? bisa juga kegagalan kita analogikan seperti ini : jika nasi sudah menjadi bubur, maka jadikan bubur itu bubur ayam special. Kita tambahkan ayam, kacang, kuah berbumbu, telur dadar, kecap, tempe, daun seledri, kita beli buah, dan bikin deh susu segeles. Jadi 4 sehat 5 sempunakan? Coba kalau Cuma bubur saja? Tidak jadi special. Disetiap peristiwa itu mengandung hikmah, termasuk juga kegagalan. Ada pelajaran berharga yang mengiringi kegagalan.

Semoga bermanfaat.
wassalaamu'alaikum

Created by Rafita, Staff Departemen Media Center MII 2.1
Kirimkan artikel terbaikmu ke mushollaizzatulislam@gmail.com

0 komentar:

Post a Comment