Mari tunjukkan bahwa kita adalah ummat terbaik.

Sunday, 11 November 2012

Muharram : Saatnya untuk Perbaikan Diri

13:01 Posted by Izzatul Islam FMIPA UI , , No comments
Oleh: Dini Rahmawati Akmalia (Koorwat Dept.BMT, Matematika 2010)




Bulan Muharram merupakan bulan pertama di tahun hijriyah. Banyak sekali keutamaan yang Allah berikan pada bulan ini. Dari namanya saja, dahulu orang Arab menamainya dengan nama “syahrul awwal”, namun Allah menggantinya dengan nama Muharram dengan salah satu penggalannya, “haram” artinya suci atau haram untuk berperang.

Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” (QS.At-Taubah:36)

Empat bulan haram itu adalah Dzulhijah, Dzulqaidah, Muharram dan Rajab. Pada empat bulan haram ini kita dilarang oleh Allah untuk menganiaya diri sendiri dengan mengerjakan perbuatan yang dilarang, seperti melanggar kehormatan bulan itu dengan mengadakan peperangan. Jika ditelisik untuk sekarang, bagaimana kita menjaga agar kedamaian tetap ada di kampus kita.

Bulan Muharram ini merupakan bulan Allah (syahrullah). Maka, sesuai dengan sunnah Rasulullah, kita disunnahkan untuk melaksanakan puasa sunnah pada bulan Muharram.

“Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa di bulan Allah (yaitu) Muharram. Sedangkan shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat malam.” (H.R.Muslim)

Begitu mulianya bulan Muharram di hadapan Allah, kita pun harus memuliakan bulan ini dengan memperbaiki diri. Tidak halnya malaikat yang senantiasa patuh, ataupun setan yang tidak patuh, manusia memiliki kecenderungan untuk kedua hal itu, patuh ataupun tidak patuh. Namun, kecenderungan untuk patuh harus ditingkatkan agar nikmat yang sudah Allah berikan tidak mubazir.

Memperbaiki diri bisa dimulai dengan mensyukuri nikmat yang Allah berikan. Sadar atau tidak, Allah sudah memberikan banyak kenikmatan kepada kita. Sudahkah kita mensyukurinya? Sudahkah umur yang dititipkan Allah bermanfaat untuk orang lain? Sudah sejauh mana kita melangkah? Ataukah masih berada di tempat yang sama? Hingga saat ini, kita masih diberikan kesempatan untuk memperbaiki diri. Bersyukurlah dengan sepenuh hati dan rasakan keikhlasan dalam diri tumbuh.

Kemudian, introspeksi diri. Melakukan introspeksi diri merupakan hal yang mudah. Kita hanya perlu melihat perbuatan yang telah lalu dan menganalisa apakah perbuatan itu berdampak baik untuk diri sendiri dan orang lain. Jika baik, kita harus senantiasa meningkatkannya. Jika buruk, segera istigfar dan kita harus segera meninggalkan perbuatan itu dan mengganti dengan perbuatan yang baik.

Namun, yang menjadi masalah adalah bagaimana kita memulai untuk melangkah sebagai bentuk evaluasi diri. Kita pasti dihadapkan pada pemikiran bahwa kita mungkin tidak bisa melakukannya dan hal lainnya. Sehingga, membuat kita tidak bergerak sama sekali. Pada dasarnya, pikiran kita diawasi oleh dua sudut pandang. Sudut Kemenangan dan sudut Kekalahan. Kedua sudut ini sangat cepat dalam menjalankan perintah. Kita hanya perlu menyiapkan mental sedikit saja, baik atau buruk, maka salahsatu dari mereka akan melangkah maju dan segera bekerja secara efisien. Oleh karena itu, kita perlu menyiapkan mental untuk kemenangan, maka pikiran-pikiran positif akan datang dan bekerja untuk kemenangan kita. Selalu gunakan mental untuk kemenangan. Jangan sampai mental untuk kekalahan selalu meliputi diri dan bisa dipastikan perbaikan diri tidak akan pernah terjadi. Percayalah, Kemenangan akan datang pada diri kita.

Marilah kita gunakan momen Syahrullah ini untuk memperbaiki diri dan menjadi seorang pemenang. Karena, seorang besi tidak akan pernah tahu bahwa dirinya adalah besi, jika ia tidak membuktikannya.

0 komentar:

Post a Comment