Metik mangga yang udah ranum
Dapat banyak, taro di keranjangnya
Eh semuanya, “assalaamu’alaikum’
Ini hari pada gimana kabarnya?
Semoga
kita semua dalam keadaan sehat yaaa… aamiin.
Saya
mendapatkan pelajaran berharga nih dari teman tentang konsep berpikir dari
berbagai sisi. Ini adalah salah satu contoh nikmat Allah yang diberikan kepada
kita berupa keberadaan orang – orang di sekitar kita. Melalui perantara mereka
kita diingatkan akan kebaikan.
Kurang
lebih yang disampaikannya seperti ini:
Bulan itu
kecil atau besar?
Jawabannya
besar, ya memang karena ukurannya yang besar jika dibandingkan dengan ukuran
tubuh kita.
Tapi bisa
juga jawabannya kecil karena bulan itu adalah ciptaan Sang Pencipta yaitu Allah
Yang Maha Kuasa.
Isinya
sederhana, namun jika direnungkan dan diterapkan pada kondisi yang lain maka
kita akan menemukan jawabannya yang luar biasa.
Perlu
diingat konsep jawaban yang pertama dan kedua itu berbeda konteks. Jika jawaban
bahwa bulan itu besar, kita melihatnya dari sisi ukuran yang dapat dilihat dari
mata secara langsung dan dibandingkannya dengan ukuran tubuh kita yang
jelas-jelas kecil. Pastilah bulan itu besar.
Pada
jawaban kedua, kita melihatnya berdasarkan konteks antara Pencipta dengan
ciptaan-Nya. Sehebat-hebatnya ciptaan, pasti masih tak berhingga kali lebih
hebat penciptanya yaitu Allah. Right?
Coba kita
terapkan pada kondisi lain
Ada
seorang pemilik mobil dengan jenis mobil yang bisa dikatakan biasa. Tapi apa
pendapat pemilik mobil itu? Menurutnya ,” Alhamdulillah, masih punya mobil trus
masih bisa jalan mobilnya. Di luar sana masih banyak orang yang belum
dikehendaki punya mobil sehingga masih naik motor.”
Lalu
pengendara motor juga punya nih pendapatnya sendiri ,”Alhamdulillah masih bisa
beli motor, di luar sana masih bayak yang belum diijinkan punya motor dan masih
naik sepeda.”
Sedangkan
menurut pengayuh sepeda,” Alhamdulillah masih punya sepeda, masih bisa goes
sepeda juga, di luar sana masih ada orang yang belum dikehendaki punya
kendaaraan meskipun hanya sepeda sehingga mereka harus jalan kaki.”
Menurut
pejalan kaki, “Alhamdulillah masih diberi kemampuan untuk berjalan. Di tempat
lain ada saudara kita yang sudah tidak mampu untuk berjalan. Bukankah ini suatu
nikmat yang Allah berikan kepada kita?”
Makna
menbandingkan keadaaan seseorang dengan orang lain dalam cerita ini bukan
bermaksud untuk merendahkan orang lain. Tapi, untuk menyadarkan kita bahwa
meskipun keadaan kita kurang baik dari orang lain, masih ada nikmat Allah yang
melekat pada diri kita yang harus disyukuri. Nah, dari sini kita dapat belajar
tentang bersyukur kepada Allah. Kadang kita lupa bersyukur kepada Allah
terhadap hal-hal yang sederhana. Kita terlalu terpaku pada nikmat-nikmat yang
terlihat wah dan nikmat yang cenderung bersifat materi.
Contoh
lain,
Misalnya
makanan, makanan yang ibu kita masak terasa lezat saat disantap. Apa yang
menyebabkan masakan ibu enak? Ada yang menjawab karena kemampuan memasak ibu
yang bagus, ada juga yang menjawab karena pake garam, karena menggunakan resep
koki terbaik, karena menggunakan bahan-bahan berkualitas. Tapi…. Semua itu
bukanlah jawaban sebenarnya. Pada dasarnya sesuatu dapat terjadi karena kuasa
Allah. Jika Allah tidak berkehendak masakan itu enak, yaa tidak enak. Jika
Allah tidak menciptakan garam dan bahan-bahan berkualitas, yaa ibu tidak bisa
menggunakannya. Hal ini mengingatkan kita bahwa semuanya adalah milik Allah dan
akan kembali kepada Allah.
Hmmm….Bagaimana
kalau kita mendapati suatu kegagalan?
Kita harus
merasa kegagalan ini bukan akhir dari segalanya. Berusaha terus untuk menjadi
lebih baik. Keberhasilan tidak datang tanpa usaha. Tapi ingat, disetiap
usaha yang kita lakukan, jangan lupakan Allah. Allah tidak akan merubah keadaan
suatu kaum kalau kaum tersebut tidak mau merubahnya kan? bisa juga kegagalan
kita analogikan seperti ini : jika nasi sudah menjadi bubur, maka jadikan bubur
itu bubur ayam special. Kita tambahkan ayam, kacang, kuah berbumbu, telur
dadar, kecap, tempe, daun seledri, kita beli buah, dan bikin deh susu segeles.
Jadi 4 sehat 5 sempunakan? Coba kalau Cuma bubur saja? Tidak jadi special.
Disetiap peristiwa itu mengandung hikmah, termasuk juga kegagalan. Ada
pelajaran berharga yang mengiringi kegagalan.
Semoga
bermanfaat.
wassalaamu'alaikum
Created by Rafita, Staff Departemen Media Center MII 2.1
Kirimkan artikel terbaikmu ke mushollaizzatulislam@gmail.com
0 komentar:
Post a Comment