Dua kera
emas sedang asyik duduk di atas bukit. Inilah tempat favorit mereka ketika
ingin bersantai menikmati hidup. Ya, sebuah ketinggian. Dari sinilah, mereka
bisa memandang hampir seluruh isi hutan. Siapa di bawah mereka, dan apa yang
mereka kerjakan.
Hari itu,
dua kera emas kakak beradik ini sedang menikmati gurihnya biji buah kenari yang
baru mereka ambil dari bawah pohon. Satu per satu, buah kenari itu mereka
kumpulkan pada cekungan dahan di puncak pohon. Dan kini, momen yang tepat untuk
menikmati apa yang mereka kumpulkan.
Sang adik
dengan begitu rakusnya melahap biji-biji kenari setelah mengupasnya dengan
giginya yang tajam. Kulit-kulit bekas kupasan itu pun ia lempar begitu saja.
Seolah, di bawah sana ada tempat sampah yang siap menampung kupasan kulit
kenari yang tergolong keras ini.
“Adikku,
sadarkah kalau kita sedang berada di ketinggian?” ucap sang kakak tiba-tiba.
Sang adik pun menatap aneh wajah kakaknya. “Maksud kakak?” ujarnya kemudian.
“Perhatikanlah
apa yang ada di bawah kita! Lihatlah, ada keluarga kelinci yang sedang
menikmati rerumputan di sekitar pohon. Ada pula rusa yang sedang berteduh.
Mungkin, di bawah sana, masih banyak hewan-hewan lain yang berada tepat di
bawah kita,” ungkap sang kakak kepada adiknya.
Adik kera emas
ini pun masih terlihat bingung. Ia belum menangkap maksud yang diinginkan sang
kakak. “Apa kita harus melempar sebagian untuk mereka makan?” ucapnya kemudian.
“Bukan,
adikku. Bukan itu maksudku. Bayangkan betapa tingginya pohon ini, dan bayangkan
betapa kerasnya kulit kenari yang kau buang seenaknya ke bawah. Betapa sakitnya
kalau sampah-sampah itu menimpa mereka yang di bawah kita!” jelas sang kakak
kemudian.
Saat itu
juga, adik kera emas ini pun mengangguk. Ia mengikuti tingkah kakaknya untuk
mengumpulkan sampah-sampah itu, untuk kemudian dilempar dari jarak yang tidak
terlalu tinggi.
**
Tak banyak
dari mereka yang berada di ketinggian karena status jabatan, posisi
kepemimpinan, dan sejenisnya yang menyadari kalau ketinggian mereka bisa
berdampak besar bagi orang-orang yang berada di bawahnya.
Kalau saja
mereka yang berada di ketinggian mau sejenak menoleh ke bawah, atau merasakan
apa yang sedang terjadi di bawah sana; tentu mereka tidak akan sembarang
bertingkah, dan tidak sembarang membuang ‘sampah-sampah’ yang bisa mencelakakan
orang-orang di bawahnya.
Cobalah
empati, dan turunlah sejenak untuk bisa memahami apa yang mesti dilakukan agar
ketinggian bisa tetap menyejukkan dan sebagai tempat berlindung yang nyaman
untuk mereka yang memang selalu berada di bawah. Semoga bermanfaat.
sumber :
eramuslim.com
edited by Sandy Sulistyo-Kepala Departemen Media Center MII2.1
edited by Sandy Sulistyo-Kepala Departemen Media Center MII2.1
"ONE
MAN, ONE ARTICLE, ONE WEEK"
Follow Our Twitter, @izzatulislamipa
Our Facebook Fan Page, Musholla "Izzatul Islam
Presented by MII2.1, #DekatBersahabat
Mau tulisanmu dipublish juga, kirimkan ke mushollaizzatulislam@gmail.com
Mau tulisanmu dipublish juga, kirimkan ke mushollaizzatulislam@gmail.com
0 komentar:
Post a Comment